Aku Merindukanmu, Wahai Rasul..

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Assalamu'alakum Wr Wb
Malam tadi, ada suatu kejadian yang sebetulnya biasa-biasa saja, namun menyisakan kesan luar biasa di hati saya. Yaa.. Awalnya hanya iseng, membuka-buka folder yang ada di laptop, dan secara tidak sengaja pula menemukan sebuah video. Akhirnya saya putuskan untuk menonton video tersebut karena durasinya tidak terlalu panjang, hanya sekitar sembilan menit saja..

Dan ternyata, video itu berjudul "Detik-detik Kematian Rasulullah Muhammad SAW", hingga terseretlah diri ini ke dalam bait-bait kata yang ada dalam video tersebut. Di sini saya ingin kembali menuliskan apa yang ada dalam video tersebut. Rasa sedih membuncah luar biasa dalam hati ini, ketika membaca tiap penggalan kalimat yang ada dalam video...

Detik-detik Kematian Rasulullah Muhammad SAW

"Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-samaku..."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca.
Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang.
Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya telah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua". Keluh hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat.
Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Di saat itu, kala mampu, semua sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup
Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?", tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.
"Maaflah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini akau melihatnya", tutur Fatimah lembut.
Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan, seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dia malakal maut," kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelunya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Alloh dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan  Alloh?" tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu", kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengan kabar ini?" tanya Jibril lagi.
"Kabarkan padaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Alloh. Aku pernah mendengar Alloh berfirman padaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya'", kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melaksanakan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini", perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu, Jibril?", tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup kekasih Alloh direnggut ajal", kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Alloh!!! Dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku".
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu.
Ali segera mendekatkan telinganya, "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah di sekitarmu".
Di luar pintu tangis mulai bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii.. Ummatii.. Ummatii.."
Dan berakhirlah kisah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu..

Allohumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaih..

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita..

Kami juga mencintaimu Ya Rasulallah..

Dan cinta itu..

Akan kami buktikan..



Subhanalloh Walhamdulillah..
Sudah cukupkah bukti itmusliu dari diri ini Ya Alloh?
Kita mengaku umatnya, yang mencintainya..
Namun, sudah setara kah cinta kita pada Rasul dengan cinta Rasul pada kita?
Semoga kelak, kita menjdi bagian dari umatnya yang mendapat syafaat darinya di akhir nanti, aaamiin aaamiin aaamiin..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang ke Dunia, Anak Kedua Kami!

Thank you so much, 2020!

Tak Ternilai Harganya...