Seperti Angka Arab (The Six Point Five Years-Awardee)

Bismillah..

Ingin sedikit bercerita mengenai kehidupan 6,5 tahun terakhir ini dengan status saya sebagai siswa SMA dan mahasiswa (yang mudah-mudahan bisa segera lulus S1, aaamiin).



Terlahir dari keluarga dengan pekerjaan ayah yang tidak tetap dan ibu sebagai IRT, dan dalam kondisi memiliki 2 adik yang saat ini masih duduk di kelas 1 SMA dan kelas 2 SD (usia kami terpaut cukup jauh), tentu menjadi suatu pekerjaan rumah bagi orang tua ketika masa SMA saya mengutarakan keinginan untuk kuliah. Ucapan ayah seketika, "lamun teu aya beasiswa, jigana bapak mah moal tiasa ngabiayaan..", yang artinya "kalau ga ada beasiswa, kayaknya bapak ga akan bisa membiayai..". Hal itu tentu menjadi cambuk bagi saya untuk bisa mendapatkan beasiswa untuk saya kuliah.



Singkat cerita Allah mengabulkan doa saya, hingga saat ini saya bisa kuliah di IPB. Sedikit mem-flashback cerita saat di SMA, sejak kelas 2 SMA, alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa alumni setiap bulannya untuk biaya SPP, serta ketika kelas 3 semester 2, saya berhasil mendapatkan beasiswa bimbel dan persiapan SNMPTN gratis dengan support pengembangan dari Asgar Muda Supercamp, Garut.



Pertolongan Allah tak berhenti di sana. Dengan tekad yang kuat bahwa saya ingin kuliah, Allah memberikannya jawaban yang tak terduga. Saat itu, saat menginjak kelas 3 SMA semester 2, saya memutuskan untuk mendaftar dua beasiswa sekaligus, yaitu beasiswa Bidik Misi dan beasiswa Etos. Semua proses yang bisa dikatakan belibet dan penuh persyaratan administrasi saya ikuti, hingga pada kedua beasiswa itu saya pun lolos sampai tahap wawancara. Walhasil, pengumuman yang paling pertama adalah beasiswa Bidik Misi, dan nama saya tercantum di daftar penerima beasiswa Bidik Misi IPB angkatan 48. Beberapa minggu kemudian, ketika saya sudah di tinggal asrama TPB IPB, sebuah telepon masuk ke HP saya. Ternyata itu adalah telepon dari pengurus beasiswa Etos, yang mengabarkan kelulusan saya di beasiswa tersebut. Sayangnya saat itu saya hanya harus memilih salah satu beasiswa, sehingga harus melepas satu beasiswa lainnya. Alhamdulillah, 8 semester saya menjalani kuliah gratis, malah saya juga 'digaji' tiap bulannya dengan uang saku bulanan dari beasiswa saya.



Memasuki tingkat akhir perkuliahan, di semester 7 saya memutuskan untuk mengikuti kembali sebuah organisasi di kampus, yaitu BEM KM, yang mana jika saya ikut ini, maka saya harus menunda kelulusan saya hingga semester 9. Itu artinya, saya akan membutuhkan biaya tambahan untuk pembayaran SPP semester 9, karena beasiswa yang saya dapatkan hanya berlangsung hingga semester 8. Namun atas izin Allah, pada semester 8 saya mencoba mendaftar beasiswa Aktivis Nusantara dari Dompet Dhuafa, yang diperuntukkan bagi para aktivis di 7 kampus (IPB, UI, UGM, Unsri, ITB, Unpad, dan UNS). Alhamdulillah wa syukurillah, saya menjadi 1 penerima dari 8 mahasiswa penerima lainnya di kampus IPB. Padahal, jumlah pendaftar beasiswa ini di kampus IPB dulu berjumlah sekitar 180-an orang. Alhamdulillah, dengan ini saya mendapatkan tambahan lagi untuk support aktivitas saya.



Kemarin, hari Rabu tanggal 25 November, pukul 09.00 saya kembali diundang untuk menghadiri ceremonial penyerahan salah satu beasiswa yang baru saya terima lagi, yaitu beasiswa Korea Exchange Bank, di Wisma Mulia, Jakarta bersama 4 teman saya yang lainnya. Luar biasa, nikmat Allah memang tidak terbatas, seperti angka arab yang saya tidak pernah tau berapa batasannya. Dan in pun pasti merupakan bentuk ujian dari Allah, bagaimana kemudian saya bisa amanah dalam mengelola keuangan dan tanggung jawab tak tertulis yang saya dapatkan dengan status saya yang selama bertahun-tahun menjadi penerima beasiswa.Sempat berpandangan bahwa saya 'maruk' dengan status (selalu) menjadi penerima beasiswa ini itu, namun inilah sedikit usaha saya meringankan beban orang tua yang masih mempunyai 2 tanggungan adik yang masih kecil selain saya. Pintu rejeki Allah itu luas, dan yang saya yakini, Allah memberikan pintu rejeki itu melalui beasiswa-beasiswa yang saya dapatkan.



Hidup 6,5 tahun terakhir dengan ditopang oleh beasiswa, tentu menjadi PR mutlak bagi saya, apa yang bisa saya lakukan untuk membayar ini semua? Salah satu mimpi saya, adalah menjadi donatur beasiswa terutama bagi mereka yang berprestasi di tengah keterbatasan. Namun, itu saja belum cukup tentunya. Indonesiaku, doakan aku bisa memberikan sesuatu untukmu, saat ini aku sedang berjuang untuk itu :')



Jadi, buat aku dan kamu, para pejuang beasiswa, kita punya hutang tak tertulis untuk Indonesia. Maka, mari goreskan pena prestasi dan kontribusi untuk Indonesia yang telah menghutangi kita :')

Terima kasih Allah.. Bismillah.. 



Terima kasih Bidik Misi
Terima kasih Bakti Nusa
Terima kasih KEB
Terima kasih Asgar Muda


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang ke Dunia, Anak Kedua Kami!

Thank you so much, 2020!

Tak Ternilai Harganya...