Sebuah nama, ribuan cerita: #edisi Endar

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hi, saya hari Senin depan tepatnya tanggal 7 Mei insyaAllah ada exam (mohon doanya semoga lacar dan lulus untuk exam Senin ini). Dan, beberapa menit sebelum saya menuliskan ini, saya sedang belajar lho (iya mencoba untuk belajar hehe). Tapi pikiran saya terhenti sejenak, saya tiba-tiba ingat satu nama, Endar, atau yang biasa dipanggil Iin. Seorang wanita yang namanya sudah terngiang dalam hidup saya mungkin sejak saya tingkat 2 di IPB, hanya namanya saja. Tanpa, tahu yang mana orangnya. Sampai kemudian suatu pagi, di agenda olahraga yang bertempat di suatu lapangan di IPB, akhirnya saya bertemu perempuan ini. “Oh ini yang namanya Iin,”, batin saya saat itu.

Tak lama sejak saat itu, tepatnya sekitar September 2014, ternyata Allah memberikan saya kesempatan untuk mengenal Iin lebih dalam, bahkan bekerja bersama untuk suatu amanah. Tentulah saat itu, semakin banyak interaksi antara kami. Semakin dekat pula hubungan kami saat itu. Terlebih begitu seringnya kami makan bersama, atau menginap bersama, dengan beberapa teman yang lainnya.

Iin, masyaAllah, Allah ciptakan wanita ini, dalam keadaan yang selalu dipenuhi aura positif. Kata-kata yang mengalir dalam setiap ucapannya, sudah seperti kata-kata mutiara yang dilontarkan para penulis dalam buku-buku best seller mereka. Memang, hobinya adalah membaca buku, ada banyak sekali koleksi bukunya yang membuat saya terperangah saat pertama kali main ke kosannya. Setiap kali saya mengeluh atau curhat kepadanya, maka saat itu pula lah semua kata-kata positif penyemangat itu muncul darinya. Begitu filosofis, penuh hikmah, dan sangat mampu membuat diri ini malu, mengapa saya masih mengeluh? Semuanya selalu ia minta kembalikan pada Allah.

Terakhir, yang paling saya ingat, adalah momen ketika saya wisuda, pertengahan Januari 2017 lalu. Saat itu, Mamah dan Bapak, menginap di kosan saya, begitu pun Iin, yang saat itu juga menginap. Sehari setelah wisuda, Mamah dan Bapak masih stay di kosan, pun Iin. Dan hari itu saya ingin mengajak Mamah-Bapak dan adik-adik main keliling kampus, saya minta Iin ikut untuk menjadi fotografer hehe. Sebelum berangkat, saya sedang sibuk bersiap-siap, lalu lalang di dalam kosan, dan saya mendapati Iin dan Bapak saya sedang mengobrol, dalam pembicaraan yang serius, dan Iin pun berbicara dengan gaya khasnya yang lembut dan begitu penuuuuuh dengan kata-kata positif dari setiap apa yang dia sampaikan. Meski saat itu saya tidak mendengar secara jelas semua obrolan mereka. Yang saya tahu sekilas, Iin memberikan tips sehat ke Mamah Bapak buat minum jus seledri (apa iya ya ini yang diobrolin? Lupaa wkwk), dan juga ngobrol banyak ke Mamah Bapak tentang cita-cita kami berdua yang ingin sama-sama lanjut kuliah. Iin menceritakan banyak hal tentang saya dan dunia saya selama di kampus, entah apalagi yang terucap kala itu. Yang pasti, saya sangat takjub melihat mereka mengobrol, begitu dekat bagaikan obrolan seorang anak bersama ayahnya sendiri. Iin, itu lah dirimu, sangat mampu memposisikan diri sebagai siapa dan harus seperti apa ketika terlibat dalam sebuah pembicaraan.

Lalu apa yang terjadi setelah mereka mengobrol? Restu dan ridho orang tua datang untuk saya, yang saat itu sedang dalam upaya meyakinkan kedua orang tua saya untuk mengizinkan saya berjuang untuk mengejar kuliah ke luar negeri (LN). Sebelumnya, Mamah dan Bapak saya setengah hati ketika saya utarakan keinginan saya untuk kuliah di LN, karena faktor jarak dan berbagai kekhawatiran yang muncul. Namun, masyaAllah, qadarullah, restu dan ridho itu Allah datangkan melalui salah satu perantara, seorang teman, Iin. Lepas obrolan itu, beberapa hari berselang, Bapak pun mendatangi saya, kami mengobrol singkat namun dari obrolan singkat itu, begitu jelas terlihat Bapak ridho atas usaha saya untuk mengejar cita-cita saya pergi belasan ribu kilometer jauhnya dari Bapak, untuk menuntut ilmu, dan namanya, nama seorang Iin, Bapak sebut dalam obrolan itu. Alhamdulillah, alhamdulillah jazakillah khayr katsir, Iin.

---

Ada banyak sekali orang-orang di sekitar kita yang Allah kirimkan untuk membersamai kita dalam setiap kisah. Ada begitu banyak pula orang-orang yang begitu berjasa dalam hidup saya yang memiliki porsi masing-masing dalam setiap hal yang saya tempuh dalam hidup ini. Alhamdulillah, I am so grateful to have you all. Semoga Allah mengumpulkan kita kembali di surgaNya kelak. Aaamiin yaa Allah.

Hal lain yang ingin saya sampaikan di sini berdasarkan apa yang telah saya alami adalah, tidak ada keraguan bahwa ridho Allah ada ada pada ridho orang tua. Serta, skenario Allah bagi kita untuk membuat kita sampai pada harapan yang kita nantikan, seringkali tak terduga. Entah siapa perantaranya, entah bagaimana jalan ceritanya, semuanya memang misteri. Yang pasti, setiap hal ada dan terjadi, disertai alasan dibaliknya. Tugas kita salah satunya untuk mencari hikmah dari setiap goresan takdir Allah atas kita.

Sekian tulisan spontan saya hari ini. Barakallahu fiikum 😊

Bornsesteeg 1 14CX
30 April 2018 6.46 PM waktu Belanda.

Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.


Hadiah dari Iin ketika berangkat

Pendamping pasca-wisuda

Iin bersama Mamah, Bapak, Egi, Revan. Obrolan mereka terjadi beberapa jam sebelum foto ini diambil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang ke Dunia, Anak Kedua Kami!

Thank you so much, 2020!

Tak Ternilai Harganya...