Berkisah tentang thesis
NIOO-KNAW Building, sebuah saksi belajar selama sekian bulan terakhir :) |
Ada beberapa
bagian dari fase hidup, yang setiap detail momennya ingin diingat dan
diabadikan. Momen bahagia, sedih, suka atapun duka, akan berada di suatu tempat
tersendiri di dalam ingatan kita. Terlebih, jika ada kepingan kejadian yang
meninggalkan kesan mendalam dalam benak.
Memori kali ini,
ingin saya abadikan lagi dalam sebuah tulisan untuk menjadi pengingat saya
betapa Allah Maha Pemurah, yang dengan kehendaknya menakdirkan berbagai
kejadian penuh hikmah yang seharusnya membuat saya tidak boleh berhenti bersyukur.
Kejadian baik atau kurang baik, semata hanyalah sudut pandang dan persepsi
manusia saja, karena jika direnungkan dengan mendalam, selalu ada hikmah dan
kebaikan yang luar biasa dari Allah yang sejatinya bisa menjadi pembelajaran
bagi kehidupan ke depan.
Kamis, 2 Mei
2019, sekitar pukul 17.10 sore, bertempat di Radix building, Wageningen, menjadi
satu hari bersejarah bagi hidup saya, karena tepat hari itu, saya resmi
menyelesaikan thesis saya dengan melaksanakan examination (thesis defence) bersama dua supervisor saya (Kay dan Vivi), serta satu examiner (Prof. Marcel Dicke) sebagai rangkaian terakhir dari proses penyelesaian thesis saya di perjalanan
studi master di Wageningen University and Research (WUR). Perasaan saya bercampur aduk. Bahagia dan terharu namun bercampur
rasa sedih di saat yang bersamaan, karena artinya satu tahap selesai dan saya
harus melangkah ke tahapan lain. Akan ada orang baru yang akan saya temui di
fase selanjutnya, namun saya juga harus “meninggalkan” orang yang telah bersama
saya sekian bulan lamanya, terutama dua supervisor thesis saya. Namun, yang
jelas ada rasa syukur yang membuncah dalam hati. Ternyata, saya bisa dan saya
mampu melewati ini semua, mengalahkan berbagai rasa takut dan tidak percaya
diri yang selama ini begitu rajinnya menghampiri.
Sebuah perjalanan yang sangat panjang, berkisah tentang thesis sekian bulan ke belakang, ingin saya coba
tuangkan dalam tulisan panjang ini. Bukan ingin bercerita detail soal thesis saya, topiknya
apa, hasilnya seperti apa, atau hal-hal sejenisnya, karena hal tersebut sudah
saya tuliskan di thesis report. Namun, saya ingin mengingat kembali berbagai
kemudahan yang diberikan Allah pada saat saya mengerjakan thesis saya. “Lihatlah Elvira, Allah itu Maha Baik. Kamu
tidak akan bisa sampai menulis cerita ini jika Allah tidak menghendaki kamu
bisa bertahan sampai hari ini”. Kata-kata yang saya gumamkan dalam hati,
yang suatu saat saya yakin jika saya baca kembali tulisan ini, maka semoga ada
gairah serta semangat yang muncul dan terbarui kembali dan rasa percaya bahwa pertolongan
Allah itu nyata.
Proses Pencarian
Saya ingin
memulai cerita saya dari proses bagaimana saya menemukan project untuk thesis
saya. Sedikit menceritakan bagaimana seorang mahasiswa di WUR mencari
project untuk thesis, terutama bidang natural sciences (social sciences
terkadang memiliki mekanisme sendiri yang berbeda). Kami sebagai mahasiswa
dapat memilih project untuk thesis dari sebuah situs yang berisi database project
yang tersedia di seluruh program studi di WUR. Jika sudah menemukan
project yang cocok, maka langkah selanjutnya adalah menghubungi Person in Charge (PIC) project via email yang menyatakan bahwa kita tertarik untuk bergabung di
project tersebut sebagai master student. Selanjutnya proses komunikasi lebih
lanjut akan dilakukan antara si mahasiswa dengan penanggung jawab project jika
memang syarat dan ketentuan terpenuhi.
Dimulai pada
tanggal 27 Maret 2018, saya membuka situs database project thesis dan mulai
menyortir beberapa project yang sekiranya sesuai dengan minat saya. Singkat cerita,
terpilih tiga project yang saya minati dan saya buat skala prioritas di antara
ketiganya. Keesokan harinya, saya mengirim tiga email ke tiga project yang berbeda
sambil berharap semoga yang membalas email saya adalah PIC project yang berada
di prioritas pertama saya. Lalu, alhamdulillah, tidak sampai dua jam dari jarak
saya mengirim pesan, saya mendapatkan balasan dari satu project, dan masyaAllah
ternyata yang membalas adalah PIC project pertama, sesuai yang saya harapkan. Hingga
kemudian kami berdiskusi melalui email untuk membahas kemungkinan saya bisa
bergabung di project ini. Saat itu, yang membalas email saya adalah calon
supervisor saya, seorang perempuan berdarah Prancis-Jerman, yang sedang berada
di tahun ketiga studi PhD (Fyi, di sini mahasiswa PhD sudah boleh mensupervisi
mahasiswa master/bachelor untuk mengerjakan thesis, dan project yang tersedia
pada dasarnya merupakan project PhD student yang didalamnya melibatkan banyak pihak baik dari kalangan profesor atau peneliti post-doc).
Singkat cerita, setelah melakukan korespondensi lumayan lama melalui email, akhirnya kami melaksanakan meeting pertama pada tanggal 7 Juni 2018, di Forum Building, dengan supervisor saya yang bernama Kay. Sejak awal berkomunikasi via email, hingga kemudian berjumpa langsung, kesan saya sangat baik pada Kay. Bahkan, email pertama saya kepada Kay dibalas oleh Kay dengan penuh emoticon senyum di saat saya mengirim pesan begitu formalnya. Hingga sejak saat itu, saya pun tidak pernah melewatkan menyertakan emoticon di setiap email yang saya kirim kepada Kay. Satu hal lainnya, di email pertama, Kay menanyakan beberapa pertanyaan kepada saya, salah satunya, dia menuliskan lima mata kuliah dan menanyakan apakah ada di antara lima mata kuliah itu yang saya ambil. Dan alhamdulillah, bukan kebetulan tapi pasti memang sudah dituliskan Allah, semua mata kuliah yang Kay tanyakan, adalah mata kuliah yang saya ambil. Sehingga sejak awal, saya merasa sudah ada kecocokan dengan project ini serta sang calon supervisor. Akhirnya, tanggal 20 Agustus 2018, saya resmi diterima sebagai bagian dari project ini sebagai untuk thesis saya.
Singkat cerita, setelah melakukan korespondensi lumayan lama melalui email, akhirnya kami melaksanakan meeting pertama pada tanggal 7 Juni 2018, di Forum Building, dengan supervisor saya yang bernama Kay. Sejak awal berkomunikasi via email, hingga kemudian berjumpa langsung, kesan saya sangat baik pada Kay. Bahkan, email pertama saya kepada Kay dibalas oleh Kay dengan penuh emoticon senyum di saat saya mengirim pesan begitu formalnya. Hingga sejak saat itu, saya pun tidak pernah melewatkan menyertakan emoticon di setiap email yang saya kirim kepada Kay. Satu hal lainnya, di email pertama, Kay menanyakan beberapa pertanyaan kepada saya, salah satunya, dia menuliskan lima mata kuliah dan menanyakan apakah ada di antara lima mata kuliah itu yang saya ambil. Dan alhamdulillah, bukan kebetulan tapi pasti memang sudah dituliskan Allah, semua mata kuliah yang Kay tanyakan, adalah mata kuliah yang saya ambil. Sehingga sejak awal, saya merasa sudah ada kecocokan dengan project ini serta sang calon supervisor. Akhirnya, tanggal 20 Agustus 2018, saya resmi diterima sebagai bagian dari project ini sebagai untuk thesis saya.
Penawaran dan Permintaan
Sejak berjalannya
thesis, saya perhatikan dari awal hingga akhir, ternyata begitu banyak hal yang
seakan “kebetulan” match antara kondisi saya dan Kay, sebagai supervisor saya, selainnya ada lagi supervisor kedua yaitu Vivi, seorang perempuan berdarah Brazil yang tugasnya menjadi back up supervisi jika Kay sedang tidak ada. Keduanya adalah kolaborasi yang sangat sempurna bagi saya. Saya
sadar ini bukan kebetulan, namun memang sudah digariskan oleh Allah.
Baiklah, yang
pertama, terkait kondisi akademik saya. Ada satu mata kuliah yang mesti saya
ambil di tahun kedua, padahal biasanya tahun kedua diisi thesis dan internship
saja. Namun saya tidak bisa mengambil mata kuliah tersebut di tahun pertama karena
bentrok dengan mata kuliah lain yang sangat ingin saya ambil. Saya ambil resiko
mengambil sisa mata kuliah tersebut di tahun kedua dengan harapan bisa saya
atur bersamaan dengan thesis dan internship. Hingga saya putuskan untuk
mengambil mata kuliah tersebut di bulan September–Oktober 2018, padahal jelas-jelas
thesis saya dimulai sejak 20 Agustus 2018. Lalu saya komunikasikan pada supervisor
saya, dan ternyata, reaksinya malah “senang”, karena di September tersebut,
Kay akan sedang mengambil liburan selama beberapa minggu, sehingga jika pun saya mengerjakan thesis,
maka dia tidak akan “available” untuk mensupervisi saya. Jadi, meski saya
meninggalkan thesis saya di bulan September-Oktober, maka tidak akan mengganggu
apapun. Yes, satu tantangan terselesaikan!
Selanjutnya, baru
saja seminggu saya resmi memulai thesis sejak 20 Agustus, ada satu kabar yang
mendatangi saya pada tanggal 28 Agustus, yang mana efeknya adalah saya harus
sebisa mungkin mengusahakan pulang di akhir tahun. Saat itu, kondisi saya baru
saja memulai menulis proposal untuk thesis saya selama seminggu ke belakang.
Selain itu, kontrak thesis saya akan berhenti dahulu dari tanggal 3 September–26 Oktober 2018 berhubung saya sedang mengambil mata kuliah di periode tersebut. Saat
itu, sebetulnya saya dilanda kekhawatiran. Bagaimana caranya supaya saya bisa
pulang di akhir tahun, padahal timeline studi saya sangat mepet sekali untuk
thesis, internship dan satu mata kuliah. Bisa dibilang ini akan menghasilkan
jadwal yang sangat padat dan tidak ada jeda antara satu dengan yang lain. Namun saya
dihadapkan pada kondisi yang mana saya memang harus pulang. Otak saya berpikir
keras, mencari cara bagaimana “mencuri waktu” di akhir tahun sehingga saya bisa
pulang. Hingga akhirnya, di hari itu juga, Selasa 28 Agustus 2018, saya bertemu
dengan Kay, dan saya tanyakan apakah gedung tempat saya mengerjakan thesis
akan buka saat libur natal dan tahun baru. Saya lihat raut wajah Kay dan
ekspresinya saat itu terlihat merasa bersalah saat dia bilang bahwa selama
libur natal dan tahun baru, gedung NIOO libur dan tidak boleh ada mahasiswa
yang mengerjakan apapun di gedung tersebut terkecuali ditemani oleh supervisor.
Kay menyampaikan pada saya, bahwa di libur natal dan tahun baru dia akan pulang
ke Prancis dan sudah jelas tidak akan ada di Belanda sehingga sulit bagi saya jika
ingin melakukan eksperimen saat libur, Dalam hati saya bersorak senang hahaha.
Padahal bukan itu maksud saya, bukan saya ingin melaksanakan eksperimen saat
libur, tapi saya mau pulang ke Indonesia! Akhirnya saya komunikasikan pada Kay,
bahwa akhir tahun saya kemungkinan akan pulang, sehingga saya pun tidak akan sedang
di Belanda. Raut muka Kay pun langsung terlihat lega karena tidak jadi merasa
bersalah pada saya :D. Hingga dia sampaikan, sangat mungkin kalau memang saya
ingin pulang di waktu libur tersebut. Yeaay alhamdulillah! Tantangan lainnya selesai! Indonesia, I'm coming! ❤
Sebelum saya pulang, saya diberi “PR” oleh Kay untuk mempersiapkan mid-presentation
yang akan dilaksanakan satu hari setelah saya kembali dari Indonesia nanti. Baiklah,
saya tau itu sulit karena artinya waktu saya selama di rumah akan “terganggu”
dengan persiapan presentasi. Tapi saat itu saya tidak menolak. Tak apalah saya
iyakan saja, pasti akan ada saja jalannya nanti seperti apapun. Ternyata, beberapa
hari sebelum libur natal dan tahun baru, Kay menyampaikan pada saya, “Elvira, I
just realised that you will be just coming back here when you have to do your mid-presentation. I think it’s better to postpone till the next week so you will
have more time to prepare. What do you think?”. Selesai mendengar kalimat itu,
dalam hati saya bersorak sorai ramai sekali. Tentu saja saya katakan saya setuju pada rencananya :)
Tiba akhir tahun
saya pulang ke Indonesia selama dua minggu lamanya, recharge semangat setelah hampir 1.5 tahun tidak bertemu dengan orang tua dan adik-adik, serta bertemu dengan orang-orang baru dalam hidup saya. Ya, dua minggu yang terasa sangat singkat namun menjadi satu waktu liburan paling bermakna yang pernah saya alami sepanjang memiliki waktu libur dalam hidup saya. Alhamdulillah.. Dua minggu berakhir, saya harus kembali ke medan perang dan bergelut dengan
thesis saya. Saya ingat sekali, saya tiba di Bandara Schipol, Amsterdam setelah perjalanan
hampir 21 jam dari Indonesia di hari Senin, 7 Januari 2019 sekitar jam 8 pagi. Dan
saya sudah harus menghadiri annual meeting pada jam 11 di Radix Building.
Dengan terburu-buru, alhamdulillah saya berhasil datang jam 11.01. Nyaris!
Bukan hanya satu
atau dua kejadian seperti di atas saja yang terjadi pada saya saat saya
menjalani thesis. Namun sering saya dihadapkan pada hal-hal yang seakan berpihak
pada saya. Sekali lagi, saya renungi ini sebagai bentuk pertolongan dan kemudahan
yang datang dari Allah.
Thailand, I’m coming..
Sekian hari
berjalan aktivitas rutin harian saya seperti biasanya, hingga kemudian tanpa diduga di
tanggal 17 Januari 2019, saya mendapatkan email dari satu perusahaan benih di
Thailand, yaitu East-West Seed, menyatakan bahwa saya diterima untuk melaksanakan
internship di tempat ini. Baiklah, saat itu perasaan saya campur aduk atau lebih
tepatnya, saya bingung. Saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan kesempatan ini, berhubung
sudah hampir tiga bulan sejak korespondensi terakhir, tidak pernah ada kabar
apapun lagi dari perusahaan ini sehingga saya memutuskan mencari tempat
internship di Belanda, dan saat itu status saya sudah mendapatkan tempat
internship tersebut. Namun tiba-tiba datang kesempatan ini yang sejujurnya
tidak ingin saya lepaskan begitu saja karena berbagai alasan. Namun, ada satu
hal yang sangat membuat saya khawatir, yaitu thesis. Saya khawatir kalau thesis
saya akan delay, selesai tidak tepat waktu, atau kemungkinan lainnya yang
akan berefek tidak baik pada masa penyelesaian studi saya padahal saya sudah
harus di Thailand paling tidak awal Mei agar studi saya selesai tepat waktu.
Saya putuskan mengomunikasikan ini kepada Kay di suatu meeting. Saya sampaikan bahwa saya memiliki dua tempat pilihan intenship yaitu di Belanda dan Thailand, dan saya katakan bahwa sepertinya sulit bagi saya untuk pergi ke Thailand dan melaksanakan internship di sana. Lalu dia bertanya, “What’s the problem? Is it about visa or what?”. Saya jelaskan, bahwa kekhawatiran saya adalah soal penyelesaian thesis saya. Dan, tanggapan Kay saat itu, “Elvira, this thesis is about you. It’s about how you manage your time, your work, and all such things. You have chance to go and it’s only you that can make it possible, not me. I’m here to help you and to support you. If you still don’t know which option you will take, please think about it and let me know what’s your decision. We will arrange everything together and try to make it fits on your thesis schedule and your departure to Thailand, if you later decide to go there". Itu yang dia sampaikan pada saya, masih sangat jelas terekam dalam memori saya. Dan hal ini berefek luar biasa pada kepercayaan diri saya bahwa semua akan selesai sesuai dengan perencanaan dan kuncinya memang ada pada diri saya. Hingga beberapa hari kemudian saya komunikasikan pada Kay bahwa pilihan saya bulat untuk menjalankan internship ke Thailand, dan saya berencana berangkat ke Thailand pada tanggal 4 Mei 2019. Saat itu juga, Kay langsung meminta saya menghubungi Prof. Marcel Dicke sebagai thesis examiner saya untuk menanyakan jadwal kosong di akhir April agar saya bisa melaksanakan examination, dan Kay pun langsung menawarkan satu tanggal untuk melaksanakan presentasi hasil. Tanpa pikir panjang saya pun menyetujuinya. Hingga hasilnya, di bulan Februari, saya sudah mendapatkan tanggal seminar yaitu 16 April 2019 dan thesis defence pada 24 April 2019, setelahnya pada tanggal 4 Mei 2019 adalah rencana keberangkatan saya ke Thailand. Semuanya terlihat ideal, bukan? Tinggal saya kuatkan ikhtiar dan doa saya supaya semua yang tertulis tersebut bisa terwujud dengan baik.
Saya putuskan mengomunikasikan ini kepada Kay di suatu meeting. Saya sampaikan bahwa saya memiliki dua tempat pilihan intenship yaitu di Belanda dan Thailand, dan saya katakan bahwa sepertinya sulit bagi saya untuk pergi ke Thailand dan melaksanakan internship di sana. Lalu dia bertanya, “What’s the problem? Is it about visa or what?”. Saya jelaskan, bahwa kekhawatiran saya adalah soal penyelesaian thesis saya. Dan, tanggapan Kay saat itu, “Elvira, this thesis is about you. It’s about how you manage your time, your work, and all such things. You have chance to go and it’s only you that can make it possible, not me. I’m here to help you and to support you. If you still don’t know which option you will take, please think about it and let me know what’s your decision. We will arrange everything together and try to make it fits on your thesis schedule and your departure to Thailand, if you later decide to go there". Itu yang dia sampaikan pada saya, masih sangat jelas terekam dalam memori saya. Dan hal ini berefek luar biasa pada kepercayaan diri saya bahwa semua akan selesai sesuai dengan perencanaan dan kuncinya memang ada pada diri saya. Hingga beberapa hari kemudian saya komunikasikan pada Kay bahwa pilihan saya bulat untuk menjalankan internship ke Thailand, dan saya berencana berangkat ke Thailand pada tanggal 4 Mei 2019. Saat itu juga, Kay langsung meminta saya menghubungi Prof. Marcel Dicke sebagai thesis examiner saya untuk menanyakan jadwal kosong di akhir April agar saya bisa melaksanakan examination, dan Kay pun langsung menawarkan satu tanggal untuk melaksanakan presentasi hasil. Tanpa pikir panjang saya pun menyetujuinya. Hingga hasilnya, di bulan Februari, saya sudah mendapatkan tanggal seminar yaitu 16 April 2019 dan thesis defence pada 24 April 2019, setelahnya pada tanggal 4 Mei 2019 adalah rencana keberangkatan saya ke Thailand. Semuanya terlihat ideal, bukan? Tinggal saya kuatkan ikhtiar dan doa saya supaya semua yang tertulis tersebut bisa terwujud dengan baik.
Antara Gigi yang Sakit dan Thesis yang Rumit
Sungguh, bulan
Maret dan April adalah bulan yang sangat hectic dan puncak kepadatan dari pelaksanaan
thesis saya. Saya masih memiliki eksperimen dan cukup lumayan sibuk aktivitas
di lab dan greenhouse. Di saat yang sama saya harus menyicil report dan harus
menyetorkan progress ke Kay hampir setiap minggunya supaya report saya bisa
segera selesai dan submit sebelum saya melaksanakan thesis defence. Selain itu, saya juga harus
mempersiapkan banyak berkas untuk kepergian saya ke Thailand, mengurus visa
bolak-balik ke kedubes Thailand, dan serangkaian birokrasi lainnya. Rasanya ini
adalah bulan paling berat sejak awal saya melaksanakan thesis, namun ini adalah
konsekuensi atas keputusan yang saya buat.
Singkat cerita, eksperimen
utama saya selesai dengan waktu yang cukup mepet dengan tanggal seminar, dan
saat itu saya masih memiliki satu eksperimen sampingan. Proses menulis pun
sudah berjalan, dan tinggal masuk pada satu bagian paling penting dari thesis
report saya yaitu discussion, yang
mana ini adalah bagian paling berat bagi saya karena harus menginterpretasi dan
mengaitkan satu penemuan dengan penemuan lainnya yang saya dapatkan dari thesis ini, serta merangkaikan semuanya menjadi satu cerita utuh. Final report harus
saya submit pada tanggal 17 April, yaitu satu minggu sebelum tanggal thesis
examination saya. Sedang saya pun harus menyiapkan presentasi untuk tanggal 16
April 2019. Sehingga pada saat itu saya harus menyiapkan dua hal besar dalam waktu
bersamaan. Kondisinya, report saya masih belum siap karena masih banyak bagian
dari discussion yang belum saya kerjakan dan saya masih berusaha menginterpretasi banyak
hal dari eksperimen saya. Saya saat itu pasrah saja dan melakukan apa yang saya
bisa. Entah, kembali saya hanya yakin bahwa pasti pada akhirnya semuanya akan
selesai.
Sabtu pagi, 13 April
2019, bangun dari tidur tiba-tiba saya merasakan sakit pada gigi geraham kiri
saya. Tak tahu kenapa dan apa penyebabnya, sakit itu rasanya tiba-tiba saja
muncul. Saya mencoba mengingat apa yang saya makan di hari-hari sebelumnya, dan
saya tidak menemukan ada makanan aneh yang memicu sakit gigi ini. Di hari tersebut
saya pun harus pergi ke Den Haag untuk melaksanakan pencoblosan Pilpres 2019. Antara ragu
berangkat atau tidak, akhirnya saya putuskan untuk berangkat pagi sekali jam 6.41
pagi supaya saya bisa pulang cepat dan istirahat, lalu mempersiapkan presentasi
saya yang tinggal 3 hari lagi dan final report submission yang tinggal 4 hari lagi.
Saya mengekspektasikan sudah bisa tiba di rumah lagi paling lambat jam 12 siang.
Nyatanya, setibanya saya di Den Haag, antrian menyoblos saat itu luar bisa mengular. Suhu Belanda sedang sangat dingin, gigi saya nyut-nyutan, dan para pencoblos harus mengantri
hampir 3 jam lamanya untuk mendapat giliran. Walhasil, saya baru tiba di rumah sekitar jam 5 sore. Maksud hati ingin langsung mengerjakan slide
presentasi dan menyicil report, namun tak sanggup lagi badan saya menahan sakit kepala, demam, serta nyut-nyutan dari hasil gigi yang sakit saat itu. Saya putuskan tidur dan
berharap sakit ini hilang keesokan harinya.
Minggu pagi, saya
terbangun. Gigi saya masih sakit. Hari itu, saya targetkan saya menyelesaikan
slide presentasi sehingga di hari Senin saya bisa latihan, dan hari Selasa akan
melaksanakan presentasi di hari kolokium saya. Lalu bagaimana dengan final report? Saya putuskan saya akan
mengerjakannya semalam suntuk setelah saya menyelesaikan seminar presentasi
saya. Entah bagaimana caranya, saya tau itu sebetulnya tidak masuk akal
karena report saya masih bolong di banyak bagian penting. Tapi, tidak ada
pilihan lain.
Baiklah itu
adalah rencana. Faktanya, gigi saya yang sakit ini masih muncul dan menghasilkan
demam serta sakit kepala. Tak bisa sedikitpun saya berpikir saat itu, tidur pun
sulit karena sakitnya begitu terasa. Sehingga saya hanya berbaring, minum
paracetamol, dan menikmati rasa sakitnya. Persiapan presentasi pun tidak terselesaikan.
Dari 24 jam di hari Minggu, mungkin hanya 2 atau 3 jam saja saya sanggup membuka
laptop dan menyelesaikan apa yang bisa saya selesaikan. Sisanya, saya menghayati
rasa sakit di gigi yang belum kunjung reda.
Hari Senin, 15
April 2019 saya putuskan pergi ke kampus, mengabaikan rasa sakit serta mencoba
betul-betul memaksimalkan waktu untuk persiapan presentasi. Dan, alhamdulillah, hari tersebut, sakit gigi tidak melanda saya sepanjang hari, namun lebih pada keadaan hilang timbul
dengan intensitas yang cukup sering. Setidaknya saya masih bisa menggunakan
waktu di hari tersebut untuk mempersiapkan presentasi secara matang.
Tiba hari Selasa, 16
April 2019, hari presentasi saya di jam 16.00 sore hari. Slide sudah siap, tapi saya masih harus beberapa kali latihan presentasi lagi sebelum betul-betul presentasi betulan. Lalu bagaimana dengan gigi saya? Masih sakit. Intensitasnya tidak
berkurang. Hingga pagi-pagi saya sempat bergumam dalam hati, kenapa semua ujian datang di waktu yang bersamaan seperti ini? Presentasi, submit final report,
dan terakhir, sakit gigi yang sudah bersama saya sekitar 4 hari lamanya.
Padahal sebelumnya saya tidak pernah dilanda sakit gigi. Separah-parahnya, saya
ingat saya satu kali saja mengalami sakit gigi sudah lama sekali, dan itupun keesokan harinya hilang total.
Entahlah, saat itu saya beraktivitas dengan memenuhi kepala saya dengan sugesti
“Elvira, sebentar lagi selesai, sebentar lagi, sedikit lagi”.
Jam 12 siang di hari itu, saya pergi ke kampus dan sengaja mencari tempat yang sepi sehingga saya bisa fokus latihan presentasi. Saya pergi ke Lumen Building, membuka laptop, dan bersiap memulai latihan. Tiba-tiba, gigi saya sakiiiiit sejadi-jadinya. Sampai saya hanya bisa menundukkan kepala di meja, berharap dia mereda. “Ya Allah, apa saya harus menunda presentasi saya yang tinggal hitungan jam ini? Apa saya harus menyampaikan ke supervisor saya kalau saya tidak bisa melaksanakan presentasi karena sakit gigi yang tidak juga hilang ini?”. Hanya itu yang saya pikirkan sambil menahan rasa sakit ini. Saat itu saya menangis karena sakitnya yang memang terasa parah hingga mata dan wajah memerah, sembab, dan pipi sedikit bengkak. Saya bergumam, saya akan presentasi dalam keadaan seperti ini? Dan setelah presentasi nanti, saya juga masih harus bergulat dengan final report thesis saya karena harus submit keesokan harinya. Dalam keadaan menangis, akhirnya saya menghubungi dua teman saya dengan harapan barangkali bisa membantu saya menemukan solusi bagaimana sakit ini bisa reda. Akhirnya, Allah menolong saya, sekitar jam 2 siang, rasa sakit itu reda dan saya jadi bisa latihan presentasi. MasyaAllah :’))
Jam 12 siang di hari itu, saya pergi ke kampus dan sengaja mencari tempat yang sepi sehingga saya bisa fokus latihan presentasi. Saya pergi ke Lumen Building, membuka laptop, dan bersiap memulai latihan. Tiba-tiba, gigi saya sakiiiiit sejadi-jadinya. Sampai saya hanya bisa menundukkan kepala di meja, berharap dia mereda. “Ya Allah, apa saya harus menunda presentasi saya yang tinggal hitungan jam ini? Apa saya harus menyampaikan ke supervisor saya kalau saya tidak bisa melaksanakan presentasi karena sakit gigi yang tidak juga hilang ini?”. Hanya itu yang saya pikirkan sambil menahan rasa sakit ini. Saat itu saya menangis karena sakitnya yang memang terasa parah hingga mata dan wajah memerah, sembab, dan pipi sedikit bengkak. Saya bergumam, saya akan presentasi dalam keadaan seperti ini? Dan setelah presentasi nanti, saya juga masih harus bergulat dengan final report thesis saya karena harus submit keesokan harinya. Dalam keadaan menangis, akhirnya saya menghubungi dua teman saya dengan harapan barangkali bisa membantu saya menemukan solusi bagaimana sakit ini bisa reda. Akhirnya, Allah menolong saya, sekitar jam 2 siang, rasa sakit itu reda dan saya jadi bisa latihan presentasi. MasyaAllah :’))
Singkat cerita, seminar
selesai pada pukul 16.30 dengan sakit gigi yang mereda.
Tapi dalam hati saya berucap, Ya Allah, ingin sekali rasanya malam ini saya bisa istirahat proper dan mengistirahatkan kepala yang sakit dan demam yang masih menyertai. Tapi saya tau, itu mustahil. Besok saya harus
submit report. Ah sudahlah, "Satu hari lagi kamu bisa istirahat, Elvira. Satu
hari lagi saja". Itu yang saya tekankan dalam hati.
Selesai presentasi, dua supervisor saya
menghampiri, mengucapkan selamat, dan tiba-tiba Kay mengucapkan kalimat ini, “By the way Elvira, I had a talk with Marcel and I asked him if we can postpone the examination
since I think you will need extra time to finish your report, and he agreed to
postpone your defence from April 24th to May 2nd. Is it okay for you? Since I know
that you have to leave to Thailand at May 4th”. Reaksi saya saat itu: “Whaaaatttt? Pertolongan macam apa
ini?”. Ya Allaah ingin rasanya saya sujud syukur saat itu dan memeluk supervisor
saya, tapi saya tahan dulu rasa bahagia ini, dan saya katakan bahwa saya
sangat menyetujui rencana tersebut sambil saya ceritakan bahwa sudah 4 hari
saya dilanda sakit gigi sehingga saya harus istirahat atau mungkin segera pergi
ke dentist. Dan yaaa, alhamdulillah, thesis defence saya ditunda, yang artinya
saya punya waktu ekstra satu minggu untuk menyelesaikan report saya. Malam itu, seperti doa dan gumaman keinginan dalam hati, saya bisa istirahat dengan tenang walau bersama sakit gigi yang masih muncul. Setidaknya, saya bisa menyimpan dulu pekerjaan penyelesaian thesis report saya sementara waktu.
Tiba di kamar setelah presentasi, saya hanya bisa duduk dan merenungi apa yang baru saja terjadi. Ya Allah,
pertolongan-Mu memang tidak pernah main-main, tidak pernah setengah-setengah,
ataupun palsu. Hingga sekarang kalau saya mengingat kejadian tersebut, saya selalu
merasa takjub dan bersyukur tiada akhir bahwa saya bisa melewati fase tersebut
dengan begitu banyak pertolongan-Nya melalui orang-orang baik yang Allah kirimkan dalam hidup saya. Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat...
The day has come
Kamis, 2 Mei 2019, jam 17.10 di dalam ruangan Marcel Dicke, saya resmi menyelesaikan thesis saya. Saya berhasil menyelesaikan thesis report saya satu minggu sebelumnya dan saya baru menyelesaikan thesis examination saya. Satu tahapan besar di dalam masa studi saya telah terlalui. Sekali lagi, alhamdulillah wa syukurillah, I nailed it!
Kamis, 2 Mei 2019, jam 17.10 di dalam ruangan Marcel Dicke, saya resmi menyelesaikan thesis saya. Saya berhasil menyelesaikan thesis report saya satu minggu sebelumnya dan saya baru menyelesaikan thesis examination saya. Satu tahapan besar di dalam masa studi saya telah terlalui. Sekali lagi, alhamdulillah wa syukurillah, I nailed it!
Pertolongan Allah itu nyata dan sangat dekat. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286). Ayat Allah yang sangat nyata dan Allah tidak pernah ingkar akan janji-Nya. Allah telah mengirimkan pertolongan itu melalui orang-orang baik yang dikirimkan dalam hidup saya. Dukungan tiada akhir Kay dan Vivi sebagai supervisor saya yang begitu banyak membantu sejak awal hingga akhir penyelesaian thesis saya. Kedua orang tua saya yang doanya tak pernah berhenti, dan selalu mengalir bahkan tanpa diminta. Kedua adik yang kalau saya mengingat mereka, saya tahu masa depan mereka masih panjang dan menjadi dorongan bagi saya untuk melakukan yang terbaik dalam setiap urusan saya. Teman-teman terdekat yang selalu membersamai dan bantuannya selalu tersedia di saat kapanpun saya membutuhkan. Serta, ada tambahan semangat dan trigger baru dari orang-orang baru yang hadir dalam hidup saya sejak awal perjalanan thesis saya dimulai sehingga keberadaannya telah menjadi pelecut semangat saya untuk menyelesaikan studi saya tepat pada waktunya sebelum 31 Agustus 2019. Alhamdulillah, telah Kau kirimkan semua orang-orang baik ini dalam hidup saya. Dan saya sadar, saya tidak akan berada di tahap ini tanpa Allah kirimkan pertolongan, tanpa Allah kehendaki jalan ceritanya untuk seperti ini. Terima kasih, Allah.
Saya renungi, perjalanan setiap orang memang pasti akan berbeda. Sekali lagi, kejadian baik atau buruk, semata hanyalah persepsi kita sebagai manusia saja. Padahal Allah telah menyiapkan ribuan makna dan hikmah dibalik setiap kejadian. Terkadang, setiap hal yang dihadapi terasa mustahil untuk dilalui, sampai kemudian ternyata kita berhasil melewatinya.
Ada satu pesan dari seseorang yang saya renungkan selalu dan benar adanya, "Tetap nikmati dan maksimalkan apa peran yang sedang dijalani saat ini, tentunya sambil mempersiapkan diri menghadapi segala hal terutama yang sudah direncanakan di kehidupan mendatang. InsyaAllah jika tiba saatnya nanti perannya berubah atau bertambah, Allah yang akan mampukan kita atas peran itu, terutama jika kita selalu berusaha maksimal dalam menjalani setiap peran yang telah dilalui".
I couldn't agree more. Betul, tugas kita adalah menjalankan semuanya sebaik-baiknya.
Satu kisah perjalanan thesis ini hanyalah sedikit dari banyaknya hikmah yang saya dapatkan dari 25 tahun hidup saya di dunia. Perjalanan insyaAllah masih panjang. Ada banyak peran baru dan tantangan baru menanti. Apakah saya bisa melaluinya? Ya, asal saya yakin akan kemampuan diri dan pertolongan Allah yang selalu menyertai :)
Semoga, tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi saya pribadi di masa mendatang, bahwa Allah telah begitu baik, sehingga tidak ada alasan bagi saya untuk tidan menambah rasa syukur dan berusaha menjadi sosok yang lebih baik hari ke hari. Bismillah..
PS: Bagaimana akhir cerita dari sakit gigi saya? 😁 Hari Rabu dan Kamis tanggal 17-18 April 2019, saya pergi ke dentist, mendapatkan pengobatan, dan alhamdulillah sakitnya sudah hilang. Terima kasih lagi, Ya Allah :')
Di bawah, saya ingin mengabadikan beberapa momen random yang terjadi saat masa-masa penyelesaian thesis saya, untuk mengingatkan banyaknya hal yang bisa saya kenang di sini :)
Halaman profil
saya di website NIOO, tempat saya
mengerjakan thesis. Sekarang,
sepertinya halamannya sudah suspended karena saya sudah
bukan lagi bagian dari NIOO :(
|
Jas lab dan badge nama dari NIOO
|
Tempat duduk favorit
di NIOO
|
Sudut library,
sukaa! Seger liatnya 😍
|
Ruang komputer atau yang
biasa disebut cave room oleh Kay karena
tidak ada jendela dan lebih seperti sebuah gua. Selama 2 bulan terakhir di NIOO, saya banyak
menghabiskan waktu di sini. |
Menu harian makan
siang yang saya bawa ke NIOO.
Semenjak mengerjakan thesis, saya jadi lebih suka
menyiapkan makanan simpel seperti ini.
|
Rocket experiment 🚀
|
Root architecture
experiment
|
Delia radicum experiment
|
NIOO greenhouse di
sore hari (foto diambil saat winter sehingga jam 5 sore sudah sangat gelap)
|
NIOO bersalju |
"Kabur"
ke Indonesia di tengah thesis 😎 Sesaat sebelum take-off ke Amsterdam dari Bandara Soetta
|
Aku pulaaang! ❤
Diambil pada hari Kamis, 3 Januari 2019 di belakang tempat tinggal saya di Garut.
|
Lunch meeting
terakhir bersama Jos' group sebelum thesis saya selesai :''
|
Colloquium day.
Nervous? Jelas! Alhamdulillah terlewati :')
|
Setelah seminar dan
mendapat kabar penundaan defence, saya bisa senyum lebar :) Kanan saya, namanya Kay, supervisor pertama saya. Dan sebelah kiri saya, Vivi, supervisor kedua saya. |
Thesis submission, foto diambil di depan ruangan Marcel Dicke pada tanggal
25 April 2019 jam 17.31. Hari di mana saya submit final thesis saya 😊
|
Selamat menikmati
:)
|
Makan siomay
bersama setelah defence dan sekaligus farewell sementara waktu,
karena 2 hari dari foto ini diambil, saya sudah harus berangkat ke Thailand.
Sampai ketemu lagi mantemaaan! InsyaAllah 😎
|
***
Saya akhiri cerita kali ini di sini.
Saya tutup dengan ayat penyemangat bagi saya. Karena semua ucapan dan janji Allah adalah nyata. Tak akan ada kesemuan. Tak ada kepalsuan.
"... Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Albaqarah: 214)
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu..." (QS. Albaqarah: 45)
Semoga ada kebaikan yang dapat diambil dari panjangnya tulisan ini. Sampai bertemu di tulisan selanjutnya, seputar perjalanan internship saya di Chiang Mai, Thailand, insyaAllah.
Wassalamu'alaikum :)
Diselesaikan di Mookpailin Mansion, Chiang Mai, Thailand pada 11 Mei 2019
Ditulis di hari ketujuh tinggal di sini :)
Komentar
Posting Komentar