45 Hari Mengejar IELTS #1: Antara Skripsi dan ADP
26 Agustus 2016
Sebuah pengumuman masuk ke Whatsapp Group (WAG) Bakti Nusa
5, yang ternyata isinya adalah tentang pembukaan program Activist Development
Program dari Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa). Sedikit mengulas program ini, merupakan program yang
diperuntukkan bagi penerima Bakti Nusa berupa IELTS dan TOEFL
Preparation di Pare, Kediri ditambah dengan fasilitas Official Test, dan semua ini GRATIS. Saya yang
sudah menantikan program ini sejak lama lantas segera menandai tanggal batas
pendaftarannya. Saat itu sebetulnya agak pesimis untuk bisa ikut karena faktor
skripsi saya yang masih belum selesai. Tapi saya pikir tak ada salahnya tetap
mencoba mempersiapkan dan mendaftarkan diri. Singkat cerita, semua berkas siap
dikirim ke pengelola program. Tinggal menunggu, pikir saya. Kekhawatiran
bentrok dengan penelitian, seminar, ataupun sidang saya simpan dulu. Yang
penting sudah berusaha. Tinggal berdoa.
Poster pengumuman ADP |
14 September 2016
Sebuah pesan pribadi masuk ke Whatsapp
pagi pagi sekali. Ternyata sang pengirim adalah kakak supervisor Bakti
Nusa yang mengabarkan bahwa saya LOLOS jadi salah satu penerima ADP. Alhamdulillah.
Tapi kebahagiaan itu hampir lenyap
manakala saya ingat bahwa 5 hari lagi yaitu tanggal 19 September adalah tanggal
saya seminar. Dan di tanggal yang sama adalah tanggal yang sama dengan mulai
belajarnya penerima ADP di Pare :((
Beberapa opsi yang sempat terpikir
adalah:
- Seminar dulu, berangkat ke Pare, sidang setelah dari Pare (menunda sidang sampai 1 bulan lebih) -> sangat beresiko, kemungkinan tidak di-acc pembimbing
- Seminar dan sidang dulu, baru berangkat ke Pare -> ketinggalan belajar hampir 10 hari di Pare
Karena saya bingung memikirkan ini
sendirian, di kamar, akhirnya saya mendatangi kamar sebelah, yaitu kamarnya
Mbak Jonas, coba sampaikan masalah, sampai akhirnya memikirkan solusi
bareng-bareng. Alhamdulillah, ada jalan terang yang akhirnya saya pilih atas
saran Mbak Jonas, yaitu mengomunikasikannya ke kak Dimas, menyampaikan bahwa
saya izin untuk seminar terlebih dahulu dan mendiskusikan kapan waktu terbaik
saya berangkat ke Pare. Jam 10.30 hari itu juga, saya mendatangi kantor Dompet
Dhuafa di Parung dengan mengendarai motor punyanya Mbak Jonas (Alhamdulillah
mbak makasih banyak bantuannya, I heart U pokoknya).
Tiba saya di kantor, menemui kak
Dimas, dan mengomunikasikan semuanya. Sempat terlihat kebingungan pula di wajah
kak Dimas, sampai saya degdegan karena khawatir kalau kalau kuota saya di ADP
ini mungkin akan diganti oleh waiting list. Alhamdulillahnya, saya diizinkan
untuk berangkat ke Pare setelah seminar, lalu kembali ke Bogor untuk sidang dan
kembali lagi ke Pare melanjutkan program :’)
19 September 2016
Hari di mana saya melaksanakan seminar dan dua
hari kemudian pada tanggal 21 September saya berangkat ke Pare, padahal saya
harus sidang tanggal 26 September 2016. Tibalah saya di Stasiun Kediri pada
hari Kamis, 22 September 2016 jam 07.00 pagi, dan ini merupakan kali pertama
dalam hidup saya menginjak Jawa Timur. Hari itu saya bergabung dengan peserta
ADP lainnya yang sudah duluan tinggal di Pare, yaitu Uju dan Novita (IPB), Vira
dan Koko (Unpad), Inayah dan Eka (UNS), serta Yusuf (UI).
Hanya hitungan tidak lebih dari 36 jam
saya tiba di Pare, tepat pada Jumat malam tanggal 23 September saya sudah harus
kembali berangkat ke Bogor untuk sidang skripsi. Segala bayangan ketakutan
sidang sudah memenuhi ubun-ubun kepala saya. Bagaimana tidak, sidang skripsi
sebagai penentuan kelulusan studi S1 saya yang sudah ditempuh bertahun-tahun
ini akan dipertaruhkan dalam sidang 120 menit yang kini sudah di depan mata.
Tapi saya masih di berkeliaran di tempat yang letaknya ratusan kilometer dari
Bogor dengan kondisi persiapan sidang yang masih sangat minim. Sabtu 24 September jam 12.30
saya tiba di kosan lalu tanpa pikir panjang langsung menghabiskan hari itu
untuk menghilangkan sakit badan akibat perjalanan tiada henti. Maksud hati
ingin langsung belajar, tapi jangankan belajar, pegal badan sisa perjalanan
saja belum hilang. Minggu dini hari saya baru tersadar bahwa saya akan sidang
BESOK. Selama 24 jam hari Minggu itu
betul-betul saya manfaatkan, karena jelas tidak ada waktu lagi. Akhirnya,
singkat cerita hari Senin, 26 September 2016 jam 11.00 saya LULUS sidang
skripsi. Maksud hati ingin menunda revisi, agar esok hari bisa segera ke Pare,
saya utarakan keinginan saya kepada Pak Pembimbing bahwa saya ingin menunda revisi
skripsi hingga kepulangan saya dari Pare, namun ternyata itu tidak disetujui
karena riskan, tutur beliau. Akhirnya beliau meminta saya esok harinya, yaitu
Selasa jam 7.00 untuk menyerahkan revisian skripsi saya. Segala bayangan
sepulang sidang ingin tidur dan packing untuk esok ke Pare buyar sudah. Jadilah
hari itu kembali memanfaatkan sisa waktu agar esok hari skripsi ini selesai
direvisi. Alhamdulillah, pada hari Kamis semua perintilan untuk SKL saya sudah
selesai, skripsi sudah diperbanyak, dan keberangkatan ke Pare sudah di depan
mata :’’ Terima kasih bapak pembimbing skripsi yang bagaikan malaikat tanpa
sayap Allah memberikan kemudahan dan pertolongan salah satunya melalui Bapak.
Kamis sore, tanggal 29 September sore
hari, perjalanan perjuangan belajar kembali di mulai di belahan bumi Allah yang
lain :)
Komentar
Posting Komentar